Thursday, April 28, 2011

Menjadi Muslim Moderat Tak Mudah

DR. KH. Said Agil Siraj Ketua Umum PBNU Periode 2010 - 2015
Rabu, 31 Maret 2010

Menjadi Muslim Moderat Tak Mudah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengatakan, kezaliman terhadap umat Islam di dunia sudah sangat serius. Hal itu terjadi karena untuk bersifat moderat nampaknya merupakan hal yang sulit.

“Ada dua kezaliman di hadapan umat Islam. Pertama kezaliman politik internasional melalui wajah Dewan Keamanan PBB dan kedua, kezaliman Moneter dengan mata Uang dollar sebagai kolateralnya,” katanya saat acara penutupan Rakernas I Majelis Alumni IPNU di Hotel Millenium, Jakarta, Senin (1/2).

Menurutnya, kezaliman politik salah satunya, disebabkan keberadaan Dewan Keamanan PBB. Keputusan yang telah dirumuskan bersama negara-negara anggota PBB kerap lenyap seketika ketika satu dari lima anggota DK PBB mem-veto.

Ketidakadilan inilah kata dia, kerap merugikan umat Islam. “Harusnya, DK PBB itu isinya organisasi-organisasi dunia seperti OKI, ASEAN, Uni Afrika, Uni Eropa, dan lain-lain, tidak hanya 5 negara saja,” katanya.

Kezaliman kedua, katanya, berasal dari penggunaan mata uang dollar sebagai kolateral pengganti emas. “Indonesia misalnya mau mengeluarkan emas maka harus membeli dolar sebagai kolateralnya. Dua hal inilah yang menyebabkan umat Islam untuk berbuat moderat itu sulit. Bagaimana tidak berat, lha wong kita dizalimi. Sulit untuk mencegah itu,” katanya.

Lebih lanjut, alumni universitas Ummul Quro ini mengatakan, kezaliman itulah yang melahirkan ekstrimisme di dunia. “Hal itu pula yang menyebabkan ekstrimisme berkembang, Bukan karena kebodohan mereka bersifat seperti itu, tapi karena kezaliman berada di depan mereka. Orang-orang ekstrimisme itu tidak bodoh,” ungkapnya.

Karena itu, katanya, kedua hal inilah tantangan berat yang ada di depan mata umat Islam di seluruh Indonesia.

Pada bagian lain, Kang Said, demikian ia akrab disapa, menanggapi soal fenomena liberalisasi pemikiran keagamaan di kalangan anak muda NU. “Kalau sebatas bincang-bincang boleh lah. Tetapi jika sudah masuk dalam landasan berorganisasi ini bahaya,” ujarnya.

Kang Said menjelaskan, liberalisasi pemikiran tak boleh diberi peluang secara luas karena akan merembet pada liberalisasi di bidang ekonomi, liberalisasi budaya, dan liberalisasi agama. “Salah satu bentuk liberalisasi budaya adalah adanya pemahaman tidak pentingnya cium tangan pada kiai dan orang tua,” ungkapnya.

menurutnya, tuntutan pencabutan UU tentang Penodaan Agama di Mahkamah Konstitusi, jelasnya adalah akibat adanya liberalisasi pemikiran keagamaan yang kebablasan, dan ini harus ditentang.

Dalam kesempatan tersebut ia menegaskan pentingnya merawat pemikiran keagamaan yang tawassuth dan moderat. “Radikalisme agama itu salah, demikian juga liberalisme agama juga salah,” tegasnya.

Ia mengingatkan, NU berdiri di antara dua kutub yang ekstrem, kutub radikal yang sangat keras dan konfrontatif, serta kutub liberal yang kompromis, permissif dan hedonis.

Demi menciptakan pemahaman keagamaan yang akurat di masyarakat, masalah-masalah agama hendaknya tidak diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya. Masalah agama mestinya diserahkan kepada para ahli agama, yakni para alumni pesantren.

Para alumni pesantren inilah yang memiliki kemampuan untuk menelaah teks-teks keagamaan dan menyampaikannya kepada masyarakat secara tepat. BIla permasalahan-permasalahan keagamaan diserahkan kepada selain ahlinya, maka bisa dipastikan, masyarakat akan mendapatkan informasi keagamaan yang tidak memadai.

Demikian dinyatakan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Agil Siraj di Jakarta, Jum'at (8/7). Menurut Kiai Said -panggilan akrab Said Agil Siraj, para alumni pesantren bisa membedakan fungsi-fungsi kalimat dan berbagai penandanya dalam teks-teks keagamaan.

"Masalah agama harus diserahkan kepada para alumni pesantren. Pesantren beneran, bukan sekedar pesantren kilat. Karena mereka memiliki keahlian untuk membedakan mana bentuk-bentuk perintah wajib atau hanya anjuran saja," terang Kiai Said.

Lebih lanjut Kiai Said menjelaskan, kata kholaqo misalnya, memiliki arti atau makna yang berbeda dengan kata ja'ala, meskipun jika diterjemahkan tampaknya sama saja, yakni menjadikan atau membuat dan menciptakan.

Kholaqo bermakna membuat melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. Kholaqo adalah kata kerja yang tidak dihubungkan pada proses manusiawi, proses pembuatan yang terkandung dalam makna kholaqo pada adalah murni hak prerogatif Tuhan.

Hal ini berbeda dengan kata ja'ala yang pada prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan. Jika sebuah firman Tuhan menggunakan kata ja'ala, maka berarti manusia turut dilibatkan dalam proses pengerjaannya.

"Nah, hal-hal semacam ini tentu tidak bisa dikuasai oleh orang-orang tidak pernah mendapatkan pendidikan pesantren. Apalagi yang hanya bermodalkan teks-teks terjemahan saja," tandas Said Agil.

Tidak tergiur politik praktis

Selain KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), jelang Muktamar ke-32 NU yang dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga memanggil calon ketua umum PBNU lainnya, Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA. Kepada Duta Masyarakat, kiai asal Cirebon, Jawa Barat itu memaparkan isi pertemuan tersebut. Juga memaparkan visi tentang NU ke depan. Berikut kutipannya.

Beberapa waktu lalu Pak Kiai bertemu dengan Presiden SBY. Bisa dijelaskan makna pertemuan tersebut?

Saya dengan Pak SBY sudah kenal sejak lama. Sejak beliau berpangkat kapten. Dulu kami sering bertemu dan ngobrol dan berdisuksi tentang berbagai hal. Namun sejak beliau jadi presiden, kami jarang ngobrol-ngobrol santai dan dalam suasana cair. Mungkin karena NU akan punya kenduri, sebagai sahabat beliau memanggil saya. Sebagai teman, mendapat undangan tentu harus datang.

Apa saja yang diobrolkan?

Ya banyak hal. Tentang bangsa dan agama. Mungkin, beliau mendengar saya disebut sebagai salah satu calon, ya tanya juga soal persiapan dan pesan-pesan untuk NU dan muktamirin.

Apa pesannya?

Persis yang disampaikan Pak SBY dalam pidato pembukaan muktamar, kemarin. NU jangan terjebak politik praktis. Lebih fokus pada bidang pemberdayaan masyarakat dan sebagainya. Pokoknya persis isi pidato pembukaan.

Beliau mendukung Pak Kiai?

Secara gagasan mendukung. Tapi dukungan dalam pengertian pencalonan, Pak SBY mendukung semua calon. Pak SBY katakan, seluruh calon adalah orang-orang baik dan kader terbaik NU yang akan membawa warga NU ke arah perbaikan.

Ini bukan zaman Orde Baru, yang dapat sembarangan pemerintah melakukan intervensi. Beliau menegaskan, pemerintah tidak mungkin ikut campur tangan dalam muktamar. Beliau juga tanya apa yang aka saya lakukan kalau, Allah mengizinkan terpilih menjadi Ketua Umum PBNU.

Jawaban Pak Kiai?

Di antaranya NU, bersama pemerintah akan lebih fokus untuk mengurus keumatan. Siapapun penguasanya, siapapun presidennya. NU akan selalu mengambil peran membangun bangsa dan negara. Rakyat akan lebih menjadi perhatian utama. Kita bangun pendidikan, kesehatan, membantu nasib nelayan dan petani.

NU tidak berpolitik praktis. Politik yang dibangun adalah politik kebangsaan. NU bukan tempat untuk meniti karire jabatan politik, seperti ingin jadi presiden, gubernur, dan bupati. Untuk karier politik tempatnya partai. Silakan ada PKB, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan lain-lain.

Dalam perjalannya seringkali rayuan politik menggoda?

Dengan tegas saya katakan, tidak akan pernah tergiur syahwat politik praktis. Saya tidak berambisi mengejar jabatan publik. Saya lebih cinta dan suka, melalui NU, mengurusi dan memberdayakan umat.

Baiklah, bagaimana soal tuntutan rekonsiliasi besar partai politik yan ‘dekat’ dengan NU?

Ini bukan forum membicarakan masalah tersebut. Itu kita bicarakan nanti. Rekonsiliasi tidak boleh diatur, direncanakan, apalagi dipaksakan. Rekonsiliasi harus berjalan secara alami.

Said Aqil Siraj akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015 lewat Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/3) malam.

Said unggul dengan perolehan 294 suara dari rivalnya Slamet Effendi Yusuf yang mendapat 201 suara. Sebelumnya, KH Sahal Mahfudz, terpilih menjadi Rais Aam PBNU.

Selama penghitungan suara berlangsung, pendukung kedua kubu terus menyemarakkan suasana. Pendukung Said dan Slamet terus memekikkan kalimat ‘Allahu Akbar’ saat kedua nama jagoan mereka disebut. Said Aqil Siraj dan Slamet maju ke putaran kedua setelah memperoleh masing-masing 178 suara dan 158 suara. Keduanya dianggap memenuhi syarat untuk maju dalam putaran kedua pemilihan calon ketua umum PBNU.

Dalam tata tertib muktamar seorang calon harus mengumpulkan 99 suara untuk ditetapkan sebagai calon ketua umum. Sementara itu, Sholahuddin Wahid (Gus Solah) hanya mendapatkan 83 suara, Ahmad Bagja (34), Ulil Absar Abdala (22), Ali Maschan Moesa (8), Abdul Aziz (7), Masdar Farid Mas’udi (6). Mereka gagal memperoleh angka 99 suara dari muktamirin sehingga tidak bisa mengikuti putaran kedua.

Berikut profil Ketua umum PBNU Periode 2010 - 2015

Nama : Prof Dr KH Said Agil Siradj
Nama lengkap : Said Aqil Siraj
Nama istri : Nur Hayati Abdul Qodir
Nama Anak : 1. Muhammad Said Aqil
2. Nisrin Said Aqil
3. Rihab Said Aqil
4. Aqil Said Aqil

Tempat / tanggal lahir : Cirebon, 03 Juli 1953
Hobby : Membaca, Silaturrahmi dan Ibadah
Riwayat Pendidikan :

- Pendidikan Formal

1. S1 Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982
2. S2 Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987
3. S3 University of Umm al-Qura, jurusan Aqidah / Filsafat Islam, lulus 1994

- Non-Formal

1. Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon
2. Hidayatul Mubtadi’en Pesantren Lirboyo Kediri (1965-1970)
3. Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1972-1975)

- Pengalaman Organisasi

1. Sekretaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta (1972-1974)
2. Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)
3. Wakil Katib ‘aam PBNU (1994-1998)
4. Katib ‘aam PBNU (1998-1999)
5. Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi) (1998)
6. Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)
7. Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)
8. Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)
9. Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998)
10. Penasehat PMKRI (1999-sekarang)
11. Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)
12. Anggota Kehormatan MATAKIN (1999-2002)
13. Rais Syuriah PBNU (1999-2004)
14. Ketua PBNU (2004-sekarang)

- Profesional Kegiatan

1. Tim ahli bahasa indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
2. Dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) (1995-1997)
3. Dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)
4. Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
5. MKDU penasihat fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)
6. Wakil ketua dari lima tim penyusun rancangan AD / ART PKB (1998)
7. Komisi member (1998-1999)
8. Dosen luar biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang)
9. Majelis Permusyawaratan Rakyat anggota fraksi yang mewakili NU (1999-2004)
10. Lulusan Unisma direktur (1999-2003)
11. Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
12. Dosen pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban (2003-sekarang)
13. UNU Dosen lulusan Universitas NU Solo (2003-sekarang)
14. Lulusan Unisma dosen (2003-sekarang)
15. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) 2010-2015


- Aktivitas Profesional

1. Tim ahli bahasa Indonesia di koran harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
2. Dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) (1995-1997)
3. Dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)
4. Wakil direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
5. Penasehat dosen MKDU di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)
6. Wakil ketua konseptor tim lima perumus AD/ART PKB (1998)
7. Anggota Komnas HAM (1998-1999)
8. Dosen luar biasa Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999- sekarang)
9. Anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan dari NU (1999-2004)
10. Direktur pasca sarjana Unisma (1999-2003)
11. Penasehat Masyarakap Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
12. Dosen pasca sarjana ST Maqdum Ibrahim Tuban (2003-sekarang)
13. Dosen pasca sarjana Universitas Nahdlatul Ulama UNU Solo (2003-sekarang)
14. Dosen pasca sarjana Unisma (2003-sekarang)

- Forum Ilmiah

Tingkat nasional

  1. Simposium nasional tentang Transpalansi Ginjal, Jakarta, 08 September 1995
  2. Diskusi Panel ITB tentang Pola keterkaitan Pesantren, Perguruan Tinggi dan LSM dalam Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Bandung, 13-14 April 1996
  3. Seminar nasional tentang Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari’at: Perspektif Sejarah, Bengkulu, 3-4 Desember 1996
  4. Lokakarya nasional Dep. Transmigrasi tentang Transmigrasi Pesantren, Sukabumi, 16-17 Desember 1996
  5. Seminar Nasional SDES, Cipayung, 1-2 April 1997
  6. Temu tahunan jaringan penelitian IAIN se-Indonesia, Palembang, 16-19 Juni 7. Seminar Hikmah Budhi-KMB dengan tema Buku Aksi Cinta, Jakarta, 11 Oktober 1997
  7. Dialog nasional antar generasi, UGM, Yogjakarta, 25 November 1997
  8. Simposium Dikbud RI tentang peringatan hari AIDS se-Dunia, Jakarta, 29 November 1997
  9. Seminar Wanhankamnas tentang Strategi Pembangunan Nasional, Yogyakarta, 17-20 Desember 1997
  10. Lokakarya dan seminar nasional tentang Reformasi Politik, Ekonomi, Hukum, Moral dan Budaya, Surabaya 25-27 Mei 1998
  11. Sarasehan Paroki Santa Anna dengan tema Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan, 7 Juni 1998
  12. Seminar nasional dengan tema Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa di Era Reformasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jogjakarta, 4 Juli 1998
  13. Seminar Bamus antar Gereja dengan tema Wawasan Kebangsaan II dan III, Malang, 6-7 Agustus 1997, dan 4-6 Agustus 1998
  14. Seminar sehari IAIN Jakarta dengan tema Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta, 20 Agustus 1998
  15. Pelatihan pemuda Therevada di Vihara Dharma Mitra, Malang, 15-17 Agustus 1998
  16. Konferensi kerja kerabat pelayanan oleh GKD, GKRI, YMPI, JRC Apostolos, KOS, YMBI, CLR, Bogor, 25-28 Januari 1999
  17. Dialog nasional Forum Mahasiswa Syari’ah Se-Indonesia dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik, Jakarta, 17 Februari 1999
  18. Seminar setengah hari UKI, Atmajaya dengan tema Pemilu dan Masalah Integritas Bangsa, Jakarta, 4 Maret 1999
  19. Seminar nasional Lemhanas dengan tema Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani, Jakarta April 1999
  20. Pelatihan bagi pelatih HAM untuk kalangan rohaniawan yang diselenggarakan oleh Komnas HAM, Bogor, 26-30 Juli 1999
  21. Temu Nasional Kebangsaan II, Semarang, 5 Agustus 1999
  22. Seminar sehari Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya dengan tema Wali Songo, Islam di Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah, Jakarta, 8 September 1999
  23. Dialog kerukunan antar umat beragama dengan tema Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka, Jakarta, 27 Februari 2000
  24. Sarasehan Lintas Iman dan Wawasan Kebangsaan, Denpasar, 25 Desember 2000
  25. Seminar nasional LIPI dengan tema Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru, Jakarta, 23 Januari 2001
  26. Seminar nasional Depdiknas dengan tema Reformasi Pendidikan Nasional , Jogjakarta 16-17 Maret 2001
  27. Dialog interaktif Mabes Kepolisian Negara RI dengan tema Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat, Jakarta, 25 April 2001
  28. Seminar Sekolah Lanjutan Perwira Polri dengan tema Transformasi Kultural dalam Tubuh Polri Menuju Profesionalisme, Jakarta, 14 Juni 2001
  29. Musabaqoh Al-Qur’an tingkat V Telkom dengan tema Implementasi Akhlaq Qur’ani, 23 April 2002
    31. Halaqoh nasional Depag dalam rangka Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Ahli Al-Qur’an, Jakarta, 28-30 April 2003
  30. Seminar dengan tema Kerukunan Umat Beragama di Propinsi DKI Jakarta, Jakarta 3-4 September 2003
  31. Simposium nasional Patria (Pemuda Theravada Indonesia) dengan tema Nasionalisme dan Profesionalisme Pers Indonesia, Jakarta, 25-27 Februari 2004
  32. Muzakaroh dan Muhasabah Perwira Rohani Islam TNI, Jakarta, 24-27 Mei 2004

Pembicara Tingkat Internasional

  1. Al-Taqrib baina al-madzahib, Al-islam Din al-Tasamuh, Teheran, Iran 1999
  2. Al-Taqrib baina al-madzahib, Huquq al-insan fi al-Islam, Teheran, Iran 2000
  3. Konferensi Internasional dengan tema Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian Bishops, Manila, 18-21 Agustus 2003
  4. Internasional Conference of Islamic Scholar dengan tema Daur al-Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Hadhoroh al-Syu’bi Indonesiya, Jakarta, 23-25 5. Internasional Conference of Islamic Scholar II dengan tema Al Mujatama’ al-Islami wa masuliyyatiha alhadhoriyyah, Jakarta, 19- 22 Juni 2006

F. Karya Ilmiah

  1. Rasail al-Rusul fi al-‘Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, (1987)
  2. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Antara Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan nilai Cum Laude (1994)
  3. Ahlussunah wal jama’ah; Lintas Sejarah (1997)
  4. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik Kaum Santri1 (1999)
  5. Kyai Menggugat (1999)
  6. Ma’rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)
  7. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspiras (2006)
  8. Aktif menulis dalam berbagai media cetak 1995-sekarang
http://www.nubatik.net/content/view/1349/

No comments:

Post a Comment