Kelompok Paramiliter NU
17/06/2006
Tradisi Kanuragan Pesantren
Studi historis yang serius akan menghindarkan seseorang dari kesesatan opini yang berkembang, sebab dalam studi semacam, itu asal-usul, peraan serta prestasi suatu lembaga ditelusuri dengan cermat. Maka kajian ayang dilakukan Hairus Salim yang melakukan kajian historis tentang eksistensi Banser mampu menghindarkan diri dari isu belakangan yang sangat negantif terhadap kelompok paramiliter termasuk Banser. Belakanagan ini muncul beberapa peristiwa yang membawa citra buruk pada organisasi paramiliter, akibatnya seluruh lembaga paramiliter dicap sebagai lembaga kekerasan, bahakan sebuah lembaga ilmiah di Paris dengan sangat gegabah mengkategorikan Banser sebagai teroris.
Cara pandang seperti itu marak belakangan ini terutama sejak masa reformasi ketika berbagai suara bebas bermunculan, tetapi sayang suara histeris itu tidak mampu membedakan satu hal yang posistif dengan yang negatif, semuanya digebyah uyah menjadi negatif. Cara pandang itu justeru sangat menyesatkan masyarakat, bahkan diterapkan dengan keras dengan mengusulkan untuk membubarkan organisasi para militer yang dipandang sebagai cara menuju demokrasi.
Cara pandang itu akan mengabaikan fungsi utama lembaga para militer termasuk Banser sebagai upaya unyuk mempertahankan atau melindungi diri. Dalam kasus Banser, maka lembaga tersebut didirikan untuk menyelamatkan NU, bahaklan kemudian digunakan secara efektif untuk menyelamatkan bangsa ini. Peran lembaga paramiliter itu menjadi penting ketika negara tidak mampu melindungi keselamatan warganya, sementara warga negara punya hak untuk melindungi diri sendiri.
Banser yang berdiri tahun 1962, itu menurut riwayat saat ini berjumlan antara 500 ribu hingga 2 juta. Namun demikian ia bukan lembaga yang ujuk-ujuk ada, melainkan memiliki akar jauh dalam dunia pesantren. Dulu setiap santri dan termasuk kiai mesti memiliki ilmu kanuragan untuk menjaga keamanan pesantren daru gangguan para penjudi dan para perampok yang suka menganggu pesantren. Maka ketika pesantren membangun NU kemudian mengubah jawaraisme itu menjadi Banser yang terlembaga dalam Gerakan Pemuda Ansor. Apalagi setelah NU menjadi partai politik Banser dibentuk sebagai kelanjutan menjaga pesantren, maka kemujdian menjaga bangsa secara umum, itulah sebabnya Hairus Salim menegaskan bahwa Banser merupakan salah satu wujud dari tradisi pesantren, di samping tradisi kepesantrenan yang lain.
Banser miliki pengalaman sangat heroik pada masa revolusi ketika masih menjadi barisan Sabilillah dan kesatauan-kesatuan lainnya. Tetapi lembaga itu juga memiliki pengalaman tragis ketika menjadi ujung tombak perlawanan terhadap komunisme di tahun 1965.
Pada mulanya Banser memberikan perlindungan yang sangat luas pada masyarakat, terutama yang terkena teror kalangan PKI dengan sangat sangat heroik, tetapi belakangan mendapat penilaian negatif, ketika Banser turut melakukan pem,bantaian terhadap PKI, sebab dengan langkah tersebut Banser telah terprofokasi kelompok militer untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Inilah yang menjadikan citra Banser menjadi buruk.
Namun demikian di tengah citra buruk yang disandang sebagai centeng, tukang pukul dan sebagainya, Banser memiliki prestasi yang sangat penting dalam melindungi gerakan pro-demokrasi, kelompok minoritas atau kelompok-kelompok tertindas, juga kelompok musisi yang selama ini mendapat risiko mengalami kerusuhan.
Pada masa Orde Baru ketika para aktivis pro demokrasi banyak mendapat tekanan dari rezim yang berkuasa baik melalui aparat resmi maupun paramiliter yang pro rezim. Selama masa reformasi para aktivis mahasiswa yang berdemontrasi menentang Soeharto banyak ditekan, dikejar-kejar dan diintimidasi oleh aparat dan Pam swakarsa maupun kelompok lasykar Islam, maka hanya Banser yang berani menghadapi, sehingga mahasiswa bisa melanjutkan aktivitas mereka. Demikian juga ketika aktivis perempuan yang mengungkap korupsi seorang pejabat, lalau diteror poleh para preman, maka Banser turun untuk membela, sehingga kembali memperoleh rasa aman. Dengan preaatasi semacam itu maka banser menjadi dewa pelindung di saat negara tidak mampu memberi jaminan keamanan kepada warga negaranya, baik melalui polisi maupun tentara.
Prestasi semacam itu yang membuat kalanagan pro lasykar, yang langkah-langkahnya berhasil dicegat oleh Banser, terutama di kalangan para pengamat, menghendaki dibubarkan semua bentuk paramiliter termasuk Banser, apalagi Banser ketika melindungi warga NU yang diteror oleh Jawa Pos melalui beritanya yang memfitnah tokoh-tokoh NU, maka Banser dihujat dan diusulkan untuk dibubarkan, Ironisnaya kelompok prodemokrasi yang dulu dilindungi, kemudian ikut mendorong dibubarkannaya Banser, dengan alasan anti kekerasan.
Retrieved from: http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8226
No comments:
Post a Comment